Home » The Origin of Blond Afros in Melanesia » Sekjen PBB kunjungi Vanuatu

Sekjen PBB kunjungi Vanuatu

by admin

Port Vila, Jubi  Vanuatu dan negara-negara Pasifik lainnya dapat mengajar dunia, kata Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres pada hari Sabtu. “Pelajarannya itu sangat sederhana. Kita harus menyelamatkan Pasifik, dan menyelamatkan dunia,” kata Sekjen PBB António Guterres, “dan untuk dapat melakukan hal ini kita memerlukan kemauan politik yang kuat.”

KIRI-2-1024x683
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dengan Perdana Menteri Vanuatu, Charlot Salwai. – DVU/Dan McGarry

Sekjen PBB itu tiba di Vanuatu, Sabtu lalu (18/5/2019), di tengah cuaca yang buruk. Sebuah badai, di luar musim siklon, sedang berada di sebelah utara Fiji, menyebabkan cuaca berawan dan angin kencang di Vanuatu, dengan gerimis mengguyur di landasan pesawat saat, Guterres turun dari pesawat hercules Angkatan Udara Australia, Royal Australian Air Force.

Dia disambut oleh perwakilan dewan kepala-kepala suku Vaturisu, dan diberi kehormatan tinggi dengan melangkah di bawah daun Namele, ketika dia memasuki ruang tunggu VIP bandara.

Setelah kunjungan kehormatan singkat kepada kepala negara, dimana mereka disajikan air kelapa segar, Guterres menuju ke kantor perdana menteri. Di sana ia menghadiri pertemuan bilateral untuk membahas isu-isu prioritas seperti perubahan iklim, dan dukungan Vanuatu untuk dekolonialisasi di seluruh belahan dunia yang tidak pernah berhenti.

Guterres menyinggung isu Papua Barat serta beberapa masalah lainnya, dan berbicara dengan berapi-api tentang semakin pentingnya darurat perubahan iklim.

“Pasifik,” jelasnya, “memiliki otoritas moral untuk meminta semua negara agar mematuhi apa yang sekarang dianggap penting oleh komunitas internasional — dan komunitas ilmiah: bahwa suhu planet ini tidak akan naik lebih dari 1,5 derajat celcius pada akhir abad ini, dan demi tujuan itu, kita harus mencapai netralitas karbon (carbon neutrality) pada 2050.

Dia bersikeras “bahwa capaian-capaian ini dapat diraih. Mereka hanya bergantung pada kemauan politik.”

Tidak lama setelah itu, dalam sebuah wawancara dengan kantor berita AFP, dia berkata, “Saya berada di Tuvalu kemarin, dan untuk melihat ancaman eksistensial yang dihadapi Tuvalu, hal itu benar-benar menghancurkan hati saya.” (Daily Post Vanuatu/Dan McGarry)

Editor: Kristianto Galuwo

You may also like

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?