210

Kaledonia Baru, Jubi – Ketidakpastian akan masa depan tambang Nikel Vale di Goro, Kaledonia Baru masih terus berlanjut.
Serikat buruh telah diberi pengarahan oleh kepala Vale setempat, Daryush Khoshneviss, sekembalinya dia dari kantor pusat perusahaan itu di Brasil.
Beberapa serikat buruh menyatakan bahwa isu penutupan pabrik mungkin sudah tidak ada lagi dalam agenda.
Sebulan lalu, CEO baru dari konglomerat pertambangan Brasil Vale, Fabio Shvartsman sudah mengisyarakatkan kepada Kaledonia Baru jika tidak ada solusi yang bisa ditetapkan untuk mengatasi masalah tambang yang terus mebuat kerugian di Goro, maka operasi tambang Nikel tersebut harus ditutup.
Meskipun Khoshneviss mengatakan dirinya tidak ingin menginvestasikan lebih banyak dana ke tambang ini, serikat pekerja menafsirkan komentar terbaru dari Khoshneviss dengan lebih optimis.
Upaya sedang dilakukan oleh kalangan politisi dan serikat pekerja untuk menyelamatkan pabrik yang mempekerjakan ribuan orang tersebut.
Biaya produksi pabrik ini terlalu tinggi untuk dapat membawa keuntungan bagi pabrik dan prospeknya pun tidak cerah.
November 2016 lalu Vale mengatakan pinjaman sebesar US $200 juta dari Prancis telah mengurangi risiko penutupan pabrik yang bernilai milliaran dollar itu.
Tawaran pendanaan tersebut diumumkan langsung oleh Perdana Menteri Prancis, Manuel Valls untuk membantu menopang perekonomian lokal dan wilayah yang sangat bergantung pada produksi nikel itu.
Sebuah laporan finansial mengatakan pabrik pertambangan Vale di Kaledonia Baru telah menghabiskan dana sebesar US$ 1,3 Miliar dalam tiga tahun terakhir dan harus ditutup karena tidak mendatangkan laba sama sekali.
Keputusan dari dewan jajaran direktur Vale tentang nasib akhir pabrik Nikel di Kaledonia Baru akan diambil bulan ini.(Elisabeth C. Giay)

Tambang pengolahan Nikel miliki Vale pada di Goro, Kaledonia Baru – AFP foto/Fred Payet
Kaledonia Baru, Jubi – Ketidakpastian akan masa depan tambang Nikel Vale di Goro, Kaledonia Baru masih terus berlanjut.
Serikat buruh telah diberi pengarahan oleh kepala Vale setempat, Daryush Khoshneviss, sekembalinya dia dari kantor pusat perusahaan itu di Brasil.
Beberapa serikat buruh menyatakan bahwa isu penutupan pabrik mungkin sudah tidak ada lagi dalam agenda.
Sebulan lalu, CEO baru dari konglomerat pertambangan Brasil Vale, Fabio Shvartsman sudah mengisyarakatkan kepada Kaledonia Baru jika tidak ada solusi yang bisa ditetapkan untuk mengatasi masalah tambang yang terus mebuat kerugian di Goro, maka operasi tambang Nikel tersebut harus ditutup.
Meskipun Khoshneviss mengatakan dirinya tidak ingin menginvestasikan lebih banyak dana ke tambang ini, serikat pekerja menafsirkan komentar terbaru dari Khoshneviss dengan lebih optimis.
Upaya sedang dilakukan oleh kalangan politisi dan serikat pekerja untuk menyelamatkan pabrik yang mempekerjakan ribuan orang tersebut.
Biaya produksi pabrik ini terlalu tinggi untuk dapat membawa keuntungan bagi pabrik dan prospeknya pun tidak cerah.
November 2016 lalu Vale mengatakan pinjaman sebesar US $200 juta dari Prancis telah mengurangi risiko penutupan pabrik yang bernilai milliaran dollar itu.
Tawaran pendanaan tersebut diumumkan langsung oleh Perdana Menteri Prancis, Manuel Valls untuk membantu menopang perekonomian lokal dan wilayah yang sangat bergantung pada produksi nikel itu.
Sebuah laporan finansial mengatakan pabrik pertambangan Vale di Kaledonia Baru telah menghabiskan dana sebesar US$ 1,3 Miliar dalam tiga tahun terakhir dan harus ditutup karena tidak mendatangkan laba sama sekali.
Keputusan dari dewan jajaran direktur Vale tentang nasib akhir pabrik Nikel di Kaledonia Baru akan diambil bulan ini.(Elisabeth C. Giay)