Jayapura, JubiĀ – Melanesian Spearhead Group (MSG) tidak akan membahas isu politik terkait West Papua, demikian menurut Direktur Jenderal sekretariat, Amena Yauvoli.
Kepada Fiji Times saat berlangsungnya pertemuan kelompok kerja Strategi Keamanan Regional MSG di Nadi, 26 Juli lalu, ia mengatakan isu-isu Hak Azasi Manusia terkait kehendak rakyat West Papua lebih baik dibicarakan organisasi-organisasi internasional yang menangani hal-hal semacam itu.
āPeran saya sebagai direktur jenderal Sekretariat Melanesian Spearhead Group, mereka (Indonesia) adalah anggota asosiasi dan peran mereka dalam hal ini adalah sebagai anggota penuh kelompok kerja dan mereka berartisipasi secara efektif,” ujarnya.
āKita punya musuh bersama yaitu kejahatan. Kesampingkan persoalan politik.Ā Kita harus mengatasi musuh bersama ini dengan bekerja bersama Indonesia yang menjadi jalan masuk dari Asia. Dan dari persektif keamanan, hal ini merupakan sesuatu yang dapat kita kerjakan bersama dengan Indonesia agar dapat mengatasinya, dan tentu saja bersama mitra seperti Australia, Selandia Baru, dan pihak-pihak yang ingin melindungi kawasan ini.”
Yauvoli menambahkan bahwa perhatian terhadap isu-isu HAM West Papua lebih baik diserahkan pada organisasi internasional yang akan lebih baik membahasnya.
āIsu-isu HAM memiliki badanĀ lainnya yang menanganinya. Badan ini (MSG) bukanlah untuk HAM, badan ini mengurus isu-isu yang dapat memastikan jaminan keamanan diseluruh kawasan ini,” ujarnya.
Yauvoli manambahkan bahwa HAM ditangani di Jenewa,Ā Swiss,Ā “Hal ini bukan bergantung kita dan prosesnya memiliki jalurnya sendiri sementara saat ini kita memfokuskan diri utamanya pada bagaimana kita dapat mengamankan perbatasan kita.”
Kritik Regenvanu
Sebelumnya, pada kesempatan terpisah, Menteri Luar Negeri Vanuatu, Ralph Regenvanu, mengatakan dirinya telah kehilangan kepercayaan terhadapĀ Melanesian Spearhead Group karena kurangnya keputusan berbasis konsensus dan ikatan politik.
Dalam wawancaranya denganĀ Development Policy Centre, Regenvanu mengatakan MSG telah menjadi sangat mengecewakan dan semakin kurang relevan.
“Pendekatan konsensus untuk pembuatan keputusan telah gagal di MSG. Vanuatu dari dulu sudah mencemaskan cara pengambilan putusan itu yang tak lagi berbasia konsensus, dan terus seperti itu,” katanya seperti dikutip RNZI (23/7).
Regenvanu menilai jika MSG kembali ke tujuan awalnya, maka kelompok ini bisa kembali relevan. (*)