Suva, Jubi – Mantan menteri sekaligus orang kepercayaan Perdana Menteri Frank Bainimarama, Letnan Kolonel Pio Tikoduadua makin buka-bukaan soal ketidaksetujuannya terhadap konstitusi di bawah rezim militer Bainimarama. Selama ia masih menjadi orang pemerintahan, Pio mengaku kerap mengangkat permasalahan ini, termasuk ide kontroversi untuk mengubah draf konstitusi 2013.
Pekan lalu, Pio mengumumkan bahwa dirinya bergabung ke partai oposisi, yaitu Partai Federasi Nasional (NFP) setelah sempat cuti selama dua tahun sejak mengundurkan diri dari pemerintahan. “Pemerintahan Bainimarama telah berbelok arah ke jalan yang salah dan NFP kini lebih mewakili pikiran saya,” ujar Pio.
Pio dikenal sebagai petinggi militer yang setia kepada Bainimaram sejak pemerintahan militer berkuasa dari tahun 2008. Oleh karena, tak heran jika Bainimarama kemudian mengangkat Pio sebagai menteri di kabinetnya. Tahun 2014, ia mengundurkan diri dari jabatannya dengan alasan kesehatan dan ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya.
Hingga pekan lalu, Pio kembali muncul dan mengumumkan bahwa dirinya beralih ke NFP sembari menyatakan bahwa pemerintahan yang kini berkuasa sudah makin tidak toleran terhadap perbedaan.
Ia menegaskan kepindahannya ke NFP bukan hal yang tiba-tiba. Sejak tahun 2013, ia sering berseberangan pendirian dengan pemerintahan. Saat pembatalan konstitusi tahun 1997, Pio menjabat sebagai sekretaris negara dan ia terlibat banyak dalam proses tersebut. “Saat itu saya sedang ada di pemerintahan, jadi tidak dapat diragukan lagi keterlibatan saya dalam proses pembatalan konstitusi tersebut,” tuturnya.
Namun, ia merasa menyesal dengan pembatalan konstitusi 1997 karena ternyata penggantinya adalah rezim militer yang seperti sekarang. “Tentu saja banyak yang menjadi lebih buruk. Konstitusi 1997 adalah konstitusi yang di mana rakyat dilibatkan. Namun, konstitusi ini dibatalkan dan konstitusi penggantinya adalah konstitusi yang sekarang ini,” ujarnya.
Komunikasi antara Pio dengan pimpinan NFP, yaitu Biman Prasad sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2014. Saat itu, mereka mendiskusikan tentang prinsip-prinsip dan ide pembangunan bangsa menjelang pemilu 2014. Pio merasa banyak kecocokan dengan ide Biman Prasad.
Namun, saat pemilu 2014, Pio tetap maju sebagai kandidat dari partai Fiji First pimpinan Bainimarama. “Karena kami sedang mendukung pemerintahan yang sedang melakukan transisi dari militer ke demokrasi parlementer. Proses ini perlu pengawalan dari saya,” ujarnya.
Signifikan
Pimpinan NFP, Biman Prasad menerima Pio Tikoduadua untuk bergabungnya dengan partainya. Meski Pio masih harus mengikuti tahap seleksi pencalonan sebagai kandidat dari partainya, namun Biman yakin jika Pio berhasil lolos akan memiliki peran signifikan dalam meningkatkan raihan suara partai.
Biman bahkan menempatkan Pio pada posisi terhormat di partainya kendati banyak pula protes dan kritik dari internal partai atas tindakannya itu. “NFP tidak pernah mendukung kudeta, tidak akan pernah. Namun NFP menyambut orang-orang yang berbagi prinsip yang sama dan memegang teguh nilai-nilai demokrasi, kebebasan, keadilan, dan hak asasi manusia,” ujarnya.
Biman menambahkan, bahwa Pio tengah berada di Australia saat kudeta terjadi. Oleh karena itu, Biman menganggap Pio sebagai warga negara sipil biasa dan baru memasuki pemerintahan setelah terpilih pada pemilu 2014.
Ia menggambarkan Pio sebagai sosok yang progresif ketika keduanya terlibat dalam diskusi menjelang pemilu 2014. “Saya tahu ia tidak suka dengan dibatalkannya konstitusi Ghai tahun 1997,” ujarnya.
Pio dan Biman juga memiliki pandangan yang sama tentang pemerintahan Bainimarama yang menghambat demokrasi. Salah satunya, yaitu tentang kebebasan pers. “Harus ada jaminan bahwa media benar-benar bebas. Saat ini banyak media yang tidak bisa menyebarluaskan kabar yang ingin mereka sebarluaskan karena dilarang pemerintah,” ujar Pio.
Menanggapi kritik dari internal NFP, Pio meyakinkan bahwa kepindahannya bukan untuk menyelamatkan diri. Berkali-kali ia menyatakan bahwa kepindahannya itu tak lain karena pemerintah sudah berjalan di luar arah yang seharusnya. Meski semua orang tahu bahwa ia adalah tangan kanan Bainimarama, namun Pio mengaku ia sudah tidak bicara dengan Bainimarama sejak dua tahun lalu ketika ia mundur dari pemerintahan.
“Anda tahu bahwa saya selalu ada dan berjuang untuk mengawal proses demokrasi. Saya masih percaya itu sekarang dan saya yakin pemerintahan sekarang telah berbelok arah dari seharusnya, Anda juga tahu akan berat untuk mengubah cara pandang pemerintah saat ini agar mereka kembali ke arah demokrasi,”
ujarnya.
Kemunculan kembali Pio telah menyita perhatian rakyat Fiji. Terlebih, karena Pio langsung mengumumkan kepindahannya ke NFP dalam kemunculan perdananya di muka publik. Sejak itu, Pio kerap mengungkapkan kritiknya kepada pemerintah melalui media.**