Buka, Jubi – Australia membenarkan bahwa mereka akan menyalurkan bantuan hingga K 2,4 juta, untuk mendukung pekerjaan Komisi Referendum Bougainville (Bougainville Referendum Commission; BRC).
Pengumuman itu dikeluarkan oleh Komisaris Tinggi Australia untuk PNG, Bruce Davis, di Buka, kemarin (24/2/2019), dalam pertemuan dengan Komisaris Bougainville Electoral Commissioner, George Manu, dan Komisaris Referendum Referendum Commissioner Patrick Nisira.
K 1.2 juta pertama telah diberikan melalui proyek pendukung persiapan referendum Bougainville yang dijalankan oleh Program Pembangunan PBB UNDP. Dana tersebut diberikan untuk menyokong komisi BRC, dalam melaksanakan referendum yang kredibel.
Bantuan ini adalah bagian dari dana K 120 juta per tahun yang disediakan oleh Australia untuk Daerah Otonom Bougainville (Autonomous Region of Bougainville; ABG) melalui kemitraan antar-PNG dan Australia.
“Sebagai saksi saat Perjanjian Perdamaian Bougainville 2001, Australia ingin menyaksikan suatu proses yang dijalankan dengan baik yang mendukung prospek untuk perdamaian, dan stabilitas yang berkelanjutan di masa transisi,” kata Davis.
Komitmen baru ini di luar dari dukungan Australia yang sudah ada untuk pelaksanaan referendum Bougainville, termasuk AU$ 6,6 juta (K 15,8 juta) untuk bantuan teknis kepada Komisi BRC, dan AU$ 3,1 juta (K 7,4 juta) yang dialokasikan untuk lembaga penelitian nasional PNG, National Research Institute, guna mendorong dialog yang lebih cerdas mengenai status masa depan Bougainville.
Komisaris Nisira berterima kasih kepada rakyat dan pemerintah Australia, atas dukungan pendanaan yang tepat waktu.
“Saya meminta kepada pemerintah nasional untuk menyediakan K 20 juta, agar BRC dapat melakukan pekerjaan independennya dalam persiapan pelaksanaan referendum,” katanya.
“Saya juga memohon lembaga-lembaga donor internasional untuk membantu menyediakan dana yang sangat dibutuhkan, demi melancarkan referendum di Bougainville.”
Nisira juga berterima kasih kepada Pemerintah Selandia Baru dan Jepang atas bantuan mereka. (Post-Courier)
Editor: Kristianto Galuwo