121
New York, Jubi – Perdana Menteri Kepulauan Solomon, Manasseh Sogavare mengikuti langkah para pemimpin Pasifik lainnya menyatakan kekecewaannya pada keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk tarik diri dari Kesepakatan Paris tentang perubahan iklim. Seperti diberitakan, Trump pekan lalu menyatakan mundur dari kesepakatan yang telah ditandatangani 195 negara itu pada tahun 2015.
Dalam sebuah pernyataan, Manasseh Sogavare mengatakan bahwa Kepulauan Solomon berdiri membela solidaritas bersama masyarakat internasional dalam menegaskan komitmennya memenuhi Kesepakatan Paris. Ia menambahkan bahwa Kepulauan Solomon telah kehilangan lima pulau dan terus merelokasi penduduknya karena ada ancaman peningkatan tinggi muka air laut dan bencana badai yang terus datang akibat perubahan iklim.
Sambil menyindir Trump, Sogavare mengatakan bahwa Solomon tidak berpikir untuk mencari keuntungan sendiri dalam aksi global memerangi perubahan iklim ini. Menurut dia, masa depan seluruh bangsa ini bergantung pada aksi dan tindakan hari ini untuk mengendalikan dampak perubahan iklim.
“Perubahan iklim adalah isu global yang membutuhkan penanganan secara global pula saat ini. Kesepakatan Paris dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tetap merupakan kesempatan kita untuk memperbaiki masa depan bangsa dan umat manusia. Kita tidak boleh membiarkan Kesepakatan Paris menjadi gagal,” ujarnya.
Sogavare berharap agar hasil penelitian ilmiah tentang perubahan iklim dijadikan panduan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dalam menetapkan kebijakan global terkait perubahan iklim.
Sebelumnya, Perdana Menteri Tuvalu, Enele Sopoaga, memerintahkan seluruh jajarannya untuk membatalkan semua kerjasama dengan Amerika Serikat. Hal itu sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah AS yang menarik diri dari Kesepakatan Paris tentang perubahan iklim.
Selain itu, ekspresi kekecewaan telah dilontarkan Perdana Menteri Fiji, Frank Bainimarama terhadap pemerintah Trump karena masalah yang sama. **
New York, Jubi – Perdana Menteri Kepulauan Solomon, Manasseh Sogavare mengikuti langkah para pemimpin Pasifik lainnya menyatakan kekecewaannya pada keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk tarik diri dari Kesepakatan Paris tentang perubahan iklim. Seperti diberitakan, Trump pekan lalu menyatakan mundur dari kesepakatan yang telah ditandatangani 195 negara itu pada tahun 2015.
Dalam sebuah pernyataan, Manasseh Sogavare mengatakan bahwa Kepulauan Solomon berdiri membela solidaritas bersama masyarakat internasional dalam menegaskan komitmennya memenuhi Kesepakatan Paris. Ia menambahkan bahwa Kepulauan Solomon telah kehilangan lima pulau dan terus merelokasi penduduknya karena ada ancaman peningkatan tinggi muka air laut dan bencana badai yang terus datang akibat perubahan iklim.
Sambil menyindir Trump, Sogavare mengatakan bahwa Solomon tidak berpikir untuk mencari keuntungan sendiri dalam aksi global memerangi perubahan iklim ini. Menurut dia, masa depan seluruh bangsa ini bergantung pada aksi dan tindakan hari ini untuk mengendalikan dampak perubahan iklim.
“Perubahan iklim adalah isu global yang membutuhkan penanganan secara global pula saat ini. Kesepakatan Paris dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tetap merupakan kesempatan kita untuk memperbaiki masa depan bangsa dan umat manusia. Kita tidak boleh membiarkan Kesepakatan Paris menjadi gagal,” ujarnya.
Sogavare berharap agar hasil penelitian ilmiah tentang perubahan iklim dijadikan panduan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dalam menetapkan kebijakan global terkait perubahan iklim.
Sebelumnya, Perdana Menteri Tuvalu, Enele Sopoaga, memerintahkan seluruh jajarannya untuk membatalkan semua kerjasama dengan Amerika Serikat. Hal itu sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah AS yang menarik diri dari Kesepakatan Paris tentang perubahan iklim.
Selain itu, ekspresi kekecewaan telah dilontarkan Perdana Menteri Fiji, Frank Bainimarama terhadap pemerintah Trump karena masalah yang sama. **